Kemping Bersama Balita

Dari perjalanan kemping akhir tahun kemarin kami sudah merasakan banyak perubahan, karena Nanda sudah bisa berjalan dari mulai tempat start point sampai ke area dimana tenda didirikan. Tahun sebelumnya, saya akui memang sedikit kerepotan karena usianya yg masih kecil (kurang dari 2 tahun) ditambah lokasi kemping yang lebih jauh dari sekarang. waktu itu saya bertugas menggendong Nanda sementara pak suami rela membebankan kedua bahu untuk membawa tas yang mungkin melebihi berat badannya sendiri. Namun sekarang jauh lebih ringan, karena Nanda sudah bisa berjalan dalam kondisi menanjak, melewati medan berlumpur dan berhasil menyebrangi sungai yang hanya mengandalkan balok kayu.

Dalam perjalanan menuju area kemping, kami melintasi kebun tomat dan sesekali berhenti sekedar melihat-lihat, ada tomat yang berwarna merah dan juga berwarna hijau, dan dia pun bertanya, kenapa dalam satu pohon berbeda warna, kami mencoba menjelasakan warna merah untuk tomat yang sudah matang sementara warna hijau untuk tomat yang masih muda dan belum matang, sepanjang kebun tomat Nanda terus berceloteh “merah udah mateng, hijau belum mateng”.

euy_2669

Ketika mendapati tanah hutan yang mulai berlumpur, awalnya dia merasa risih dan melangkah ogah-ogahan, namun sedikit demi sedikit akhirnya mulai berdamai dengan sepatu berlumpur, yang kata orang sunda “ngabelekuk”.

Sampailah kami di area kemping, saya dan Nanda meluruskan kaki sejenak sambil duduk manis di depan api unggun yang sudah dibangun sebelumnya oleh teman pendahulu, sementara pak suami bongkar ransel untuk persiapan mendirikan tenda. Tempat kempingnya berada di daerah rawa, orang setempat menamainya “Rawa Babi”. Tak jauh dari tempat kami mendirikan tenda terdapat sungai yang jernih, tentu saja dapat kami pastikan, sungai adalah tempat penuh pesona idaman Nanda.

Nanda yang sudah mulai mengenal bagaimana situasi kemping, mulai dapat menyesuaikan dengan suhu yang lebih dingin dari biasanya, tempat tidur yang tidak seempuk spring bed di rumah, serta toilet yang tinggal jongkok lalu siram. Malam pertama, dia tampak gelisah tidak bisa tidur dengan biasanya, kami maklumi mungkin ini sedang adaptasi, kami pakaikan jaket yang hangat, celana panjang double, kaos kaki dan tidak lupa kupluk rajut, kami rasa itu sudah cukup untuk membuatnya merasa hangat, namun, Nanda tak kunjung tidur, lalu kami tanya apa yang membuatnya tidak nyaman dia pun menjawab ternyata dia ingin buang air besar (BAB), nanda bilangnya “eo”.  Duuuhh.. sebelumnya saya berdoa semoga Nanda tidak meminta satu hal saat malam tiba, buang air besar, namun Tuhan berkehendak lain, baiklah nak, mari kita selesaikan masalah yang satu itu.

Satu set setelan siap tidur pun akhirnya di lucuti, saya panggil pak suami untuk menentukan koordinat, golok, ember dan senter perlengkapan yang wajib dibawa. ini adalah pengalaman pertama bagi Nanda dan hal ini membuatnya merasa sedikit stress. setelah kami bujuk akhirnya diapun menyerah, setelah koordinat ditentukan sekarang tugas pak suami untuk menggali, dengan penuh rasa cemas dan gelisah akhirnya perkara yang satu itu dapat di lalui oleh Nanda dan ternyata benar adanya tak lama kemudian Nanda tertidur dengan pulasnya. Alhamdulillah ya lega…

euy_2696

Urusan ransum otoritas sepenuhnya berada di tangan saya. Karena persiapan yang sudah direncanakan sebelumnya, proses memasak pun jadi lebih cepat. Proses memotong dan mengiris bumbu saya lakukan di rumah, sayuran dan buah-buahan di cuci terlebih daluhu. Untuk sekali masak sudah disiapkan dalam satu set wadah, yang terdiri dari lauk pauk dan bumbu yang siap dimasak. menu sederhana yang kami masak yaitu :

hari pertama : asin sepat goreng (dicuci dan diberi taburan tepung sebelumnya di rumah jadi tinggal goreng), tumis kiciwis , tempe goreng dan sambal goang.  Hari kedua : tumis tahu & sosin, pindang goreng, tempe goreng dan sambal goang. sudah dapat dipastikan memasak menjadi lebih mudah dan cepat karena sudah dipersiapkan terlebih dahulu. makan sambel asin di rumah mungkin terasa biasa, ketika menyantapnya di hutan… hanya ini yang dapat kami katakan “maka nikmat Tuhan-mu yang manakan yang kamu dustakan” hehhehe…

Benar saja, sungai dengan air yang jernih sungguh memikat perhatian Nanda, setelah kami ceburkan dia ke dalam air sungai yang dingin diapun menolak untuk beranjak naik. kebahagiaan anak kecil yang sungguh sederhana.

euy_2765

Setelah perlengkapan sudah berjejal di dalam ransel, sepatu penuh lumpur bersiap menuju pulang. Dengan hanya menghabiskan 1 malam bertenda dibawah taburan bintang dan air hujan, banyak sekali pengalaman yang tidak dapat kami gantikan bahkan dengan voucher belanja unlimited sebuah departement store (hahhaa.. enggak juga sih kalo itu).

Dengan mantapnya Nanda menyebrangi sungai yang hanya mengandalkan balok kayu sebagai jembatannya, sendirian. Bersahabat dengan jalanan berlumpur yang sebelumnya  tak pernah dia pikirkan untuk dapat berjalan diatasnya, serta berjalan menanjak sampai ke tempat dimana kendaraan kami parkirkan, dan sebagai rewardnya, kami berikan sebotol minuman prebiotik yang sudah dia minta sebelumnya. aah, nikmatnya!.

euy_2796

Ini hanya baru sebagian kecil petualanganmu, didepan sana bayak tempat yang belum kamu ketahui, semoga kami dapat terus berbagi setiap langkah perjalanan bersamamu.

4 thoughts on “Kemping Bersama Balita

Leave a comment